Segelintir umpatan terpampang dilayar smartphone ku.
Hening.
umpatan dari seseorang yang pernah mengisi hari-hari ku beberapa bulan kebelakang.
Pergolakan yang mungkin sudah terlalu lama ia pendam.
Kuketuk layar smartphone ku, mengetik beberapa kata untuknya lalu terdiam.
Muncul keraguan dalam diriku.
Berpikir dan memantaskan diri.
Satu hela nafas mengiringi pesanku padanya.
Menunggu dalam kekhawatiran.
Emosinya tumpah.
Entah berapa baris kata yang mampu aku kirimkan. Mencoba menetralkan emosinya ternyata seperti menenangkan singa yang baru saja tertembak.
Mustahil.
Tapi tetap saja aku berusaha.
Memoriku terpental ke 19 November tahun lalu.
Ketika ia menenangkan singa betina yang hampir kehilangan harapan.
Pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan.
Aku lakukan cara yang sama.
Ya, kalian mungkin sudah tau apa konsekuensi menenangkan singa jantan yang sedang berada dipuncak kekesalan.
Daging tipisku dirobek olehnya.
Sakit memang.
aku gagal.
Mungkin aku kurang handal.
Tapi satu hal yang perlu kalian tau,
Kepedulianku tidak pernah berhenti setelah ia tidak lagi berkenan mengisi hariku yang akan datang dan meskipun rasa ini perlahan memudar.